Dokumentasi Pemotongan Tumpeng |
Bilikdata.com - Puncak peringatan Milad Pondok Pesantren
Al-Musyahadah Rumah Cerdas Indonesia yang ke-11 diselenggarakan pada Minggu,
(18/06/2023) pukul 08.30 sampai dengan 13.00 WIB. Nuansa putih-biru aula utama
hari itu memeluk hangat suasana yang penuh khidmat. Terlihat beberapa alumnus pondok
pesantren Al-Musyahadah Rumah Cerdas Indonesia dari mulai angkatan pertama
hingga yang paling akhir ikut menghadiri acara.
Kemeriahan acara milad ini berlangsung selama dua hari
satu malam, yakni Sabtu (17/06/2023) hingga Minggu (18/06/2023). Selama dua
hari tersebut dimeriahkan oleh beberapa penampilan dan kompetisi di bidang
intelektual serta seni dengan menggunakan bahasa Arab dan Inggris yang
merupakan bahasa internasional.
Dalam sambutannya, Ajang Suryana yang menjabat sebagai
ketua umum santri pondok pesantren Al-Musyahadah Rumah Cerdas Indonesia
mengemukakan bahwa semua rangkaian acara milad itu bertujuan untuk mengobarkan
semangat berkreasi sehingga terbentuk santri yang hebat serta untuk mempererat ukhwah
antar santri.
“Acara kemarin menunjukkan bahwa para santri memiliki
bakat serta kreatifitas yang luar biasa, sehingga ini menjadi peluang yang
bagus untuk ke depannya.” Sambutnya dengan penuh sumringah.
Lebih lanjut, Ajang menjelaskan bahwa acara milad yang
pertama kali diselenggarakan dengan meriah ini ialah sebagai tanda bukti
kecintaan santri terhadap pondok dan juga untuk mengenang perjuangan pengasuh
serta santri terdahulu dalam membangun pondok tersebut.
Menyoal cinta yang merupakan produk dari ukhwah,
Ustadz Rizki Mohammad Kalimi sebagai salah satu dewan guru serta alumnus juga
mengungkapkan kecintaannya terhadap lembaga. Sebagaimana cinta Nabi Muhammad Saw.
kepada Ali r.a, Ustadz Rizki mencintai pondok pondok pesantren Al-Musyahadah
Rumah Cerdas Indonesia seperti mencintai dirinya sendiri. Dengan begitu, ia
selalu siap untuk menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan segala bentuk
kebaikan bagi lembaga tersebut.
Dalam uraian singkatnya, untuk mengarahkan hadirin
terutama para santri kepada esensi atau hakikat dari acara milad tersebut, Ustadz
Rizki menyisipkan bahan refleksi. Ia mengatakan bahwa santri bukanlah sebuah
identitas melainkan sebuah proses dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Dalam
proses tersebut ada yang sering luput dari panadangan para pencari ilmu, yakni
tafahum. Kebanyakan kita menganggap proses membaca itu hanya melihat untaian kalimat
dalam kitab suci atau apa saja yang dibaca, tapi lupa untuk merenungi dan
memahami apa yang terkandung dalam bacaan tersebut.
Dengan mengutip perkataan salah satu gurunya, Ustadz
Rizki menganalogikan santri sebagai telur dan guru sebagai induk yang
mengeraminya sampai menetas menjadi seekor ayam. Di mana dalam fenomena
tersebut idealnya tidak hanya induk ayam yang bekerja, namun di dalam telur
juga harus ada suatu proses yang mendukung penetasan telur untuk menjadi seekor
ayam.
“Pada akhirnya, ini adalah sebuah pilihan. Apakah kita
ingin menjadi seekor ayam, atau ingin hanya berakhir dengan telur yang
membusuk?” ucapnya sebelum mengakhiri sambutan.
Selaras dengan itu, Ustadz Hilmi Fu’ad yakni pengasuh pondok
pesantren Al-Musyahadah Rumah Cerdas Indonesia mengukuhkan apa yang telah
dikatakan oleh kedua santrinya. Dalam hal kecintaan, Al-Musyahadah ialah
pribadinya sendiri. Beliau juga menyampaikan hadits lain, yaitu tentang Nabi
Muhammad Saw. yang merupakan kota ilmu sedangkan Ali r.a adalah pintunya.
“Untuk mencintai sesuatu dengan benar, kita butuh ilmu
serta pemahaman. Al-Musyahadah Rumah Cerdas Indonesia adalah ilmu tentang
bagaimana cara mencintai, memahami dan berinteraksi dengan sesama. Dan di momen
milad kali ini, para santri serta alumni tidak pernah melupakan babul ilmi atau
dalam hal ini adalah Al-Musyahadah Rumah Cerdas Indonesia.” tutur Ustadz Hilmi.
Juga tentang perjuangan, Ustadz Hilmi berkisah
mengenai perjalanan panjang nan terjal yang dilalui pondok tersebut. Dari fisik
bangunan yang mulanya hanya sebuah gubuk kecil hingga saat ini menjadi bangunan
berlantai empat, dari santri yang mulanya hanya beberapa orang hingga hingga
kini mencapai jumlah lebih dari seratus orang, hingga berbagai kurikulum
terbaik yang terus diupayakan demi terwujudnya santri yang sesuai harapan dan
tentu menjadi visi dari lembaga, yaitu “Membangun kesolehan diri untuk
mencapai kesolehan universal”.
Dari perjalanan tersebut ditemukanlah kurikulum yang
dianggap paling efektif dan sesuai untuk pendidikan karakter, yaitu kurikulum akhlak.
Maka hingga saat ini yang paling banyak diajarkan dan diterapkan dalam
kehidupan di pondok pesantren Al-Musyahadah Rumah Cerdas Indonesia ialah
seputar ilmu tasawuf. Harapan yang tersimpan di dalam kurikulum tersebut yaitu
para santri tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tapi juga harus
memiliki kecerdasan spiritual.
Sambutan tersebut ditutup dengan beberapa harapan dan
do’a “Melaui milad kali ini, kita pererat kembali ukhwah kesantrian kita,
ukhwah sesama santri, ukhwah sesama ahli ilmu, karena ukhwah itu akan membuat
kita mendapat kasih sayang dan kecintaan Allah Swt.”
Acara dilanjutkan dengan prosesi potong tumpeng,
seremonial alumni serta penampilan para santri.
Penulis: Siti Suroh Holisoh
Baca Juga: